Demonstrasi dan Kejahatan Penafsiran

Cak Nun

Tak selang beberapa lama, setelah demo malam tadi usai, saya melihat sahabatku, Tukiman duduk merenung di burjo samping gedung DPR. Hendak ku dekati ia, tapi langkah tertahan, terlihat wajahnya pusat pasi, dan setetes air mata menitik jatuh ke meja makan. Saya pun menghela nafas. Mendekatinya pelan dan menepuk punggungnya.
 
"Sudahlah Men (singkatan dari tuki" Man"). Toh aspirasi kita sudah didengarkan. Tak perlu lagi engkau gundah"

Tukiman melirik sebentar, dan kembali menundukkan pandangannya. Sepertinya, jiwanya betul-betul terguncang

"Bukan itu yg ku sedihkan saudara. Hati ini remuk redam, akibat polwan cantik tadi. Yg tak sengaja ku lihat, dan jatuh hati memandang ia berdiri sigap, tapi tak lupa tersenyum saat beradu mata ini dengan tatapannya"

Nafas ku sedikit terhenyak. Rupanya soal cinta ternyata. 
 
"Bukannya tadi ku lihat di pagar kau sudah bersalaman dengannya. Ku kira berhasil kau dapat PIN BB-nya. Kenapa lagi rupanya saudara"

"Yaa.. Itulah yang membuat rasa ini sesak kawan. Mulanya berjalan dengan mudah dan indah. Perkenalan kami tak perlu berlangsung lama. Rasanya sudah saling memahami semenjak ruh ku dan ruh-nya dicipta di Arasy sana. 

Namun dunia yang serba tafsir ini menghancurkan semua. Kenapa segala hal harus diminta penafsirannya? Seakan semua orang dituntut menafsirkan ini itu. Jika sudah jelas harusnya kita tak perlu lagi membabi buta menafsirkan segala sesuatu. Toh ada juga di dunia ini tipe orang yg tak bisa menafsirkan. Jika sudah jelas utarakan kejelasan itu. Jika sudah jelas, tak perlu lagi ditafsirkan dan menuntut penafsiran macam-macam..!"

Dada Tukiman bergemuruh. Nafasnya tersengal. Sampai orang sekitar yg melihatnya menjauh dari Tukiman. Sementara saya sahabatnya tak tau mau berbuat apa. Saya tak mengerti sedikitpun yg ia bicarakan.

"Maaf saudara. Aku tak faham"

"Dia kawan, polwan cantik itu, Poniyem yang memenjarakan hatiku dalam satu pandangan telah berpaling hanya karena aku tak peka dan tak bisa menafsirkan sinyal yang ia berikan. Di saat beberapa kawan mulai mendorong-dorong barisan polisi, ku lihat dia sigap di atas mobil penyemprot gas air mata. Ku datangi dia dengan santun. Namun apa yang dia lakukan padaku? Tanpa ampun gas air mata itu ia semprot tepat di wajah ku kawan"

Aku kaget, bukan karena perihnya mata terkena tembakan itu, tapi karena sikap penolakannya yg sungguh di luar dugaan. Aku tak bergeming kawan...! Ku tanyakan padanya

" ada apa?"

Dia menjawab dengan menangis sesenggukan
"Kamu tidak peka"
Aku menatapnya heran dengan terus merelakan mata ini merasakan perihnya gas tersebut
"Kenapa hingga malam ini kau belum memberikan CV buat ku..??!!"
"Maaf poniyem aku belum tau perasan mu. ku kira belum ada perasaan itu buat ku"
"Itulah salah mu Tukiman, kamu gak peka, harusnya kamu sudah bisa menafisiri sikapku padamu."
"Kenapa jika sudah jelas, tak kau utarakan saja langsung perasaan itu kepada ku?"

"Kau hidup di zaman yang berbeda Tukiman. Dunia sekarang adalah dunia penuh dengan tafsir. Perkataan bahok saja yg sudah sengat jelas banyak orang yang melakukan penafsiran bermacam-macam. Sikap bahok yang kau demo sekarang saja membuat kata "Aulya" dalam kitab suci ditafisir dengan seabrek kontekstualisasi.
"Kenapa dengan ayat-ayat cinta yang ku berikan padamu tak kau tafsiri juga? Harusnya kau pekaa...."
"Kalau gitu maafkan aku.. Mari kita perbaiki semuanya"
"Maaf. Aku tak bisa menerima mu. Aku telah menerima pemuda MMI di sana, kau lihat itu, dia yang dari tadi jual ekstra Joss."
"Pupus harapanku kawan, cinta sejati ini kalah hanya karena tak bisa menafsirkan"
Selesai berkisah. Ia berdiri, berjalan gontai keluar. Sambil nyeracau tak karuan
"Dunia serba tafsir adalah dunia jahat bagi orang-orang yang jujur dan polos kawan. Sebab kebenaran yang sudah jelas justru bisa diperkeruh dengan bermacam tafsir.
Salah satunya kebenaran cinta, buat orang yang jujur dan polos sepertiku."
Melihatnya keluar, aku menangis. Kawan ku yg patah hati itu. Dia lupa membayar mie dokdoknya
_aula syahid_


ini bukan tulisan Cak Nun, gambar yg tidak ada hubungannya dengan isi artikel itu, kami ambil dari situs keren ini
Share on Google Plus

About apaaja

Menulis untuk melawan lapar.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar